Langsung ke konten utama

Tanda Kalau Nalar Masih Lemah dan Cara Upgrade-nya...

Kali ini gue mau bikin konten yang rada berat dan serius dikit ah biar dikira filsuf wkwkwkwk...
Nalar yang tajam itu kayak senjata super di zaman serba cepat ini. Kalau nggak punya, siap-siap aja jadi korban hoax atau percaya sama teori-teori aneh di internet. Nih, tanda-tanda kalau nalar elo mungkin butuh di-upgrade (sambil ngasih tips biar nggak gampang kena jebakan betmen).

1. Nerima Semua Info Tanpa Tanya Dulu

Pernah gak elo kalau scroll suka baca status-status aneh kayak, “ketik amiin masuk surga... Klik share ibu masuk surga...” dan elo langsung percaya? Hmm, kalau iya, fix nih nalar elo bermasalah gaes wkwkwkwk... Orang yang nalar sehat pasti mikir. Skeptis itu bagus, gaes! Seperti kata Socrates, “Orang yang bijak itu yang tahu kalau dia nggak tahu apa-apa.” Jadi, jangan jadi manusia autopilot yang nerima info tanpa bertanya dulu!

Tips: Sebelum percaya info, tanyain, "Bener gak sih?" dan kalau perlu, cari faktanya dulu. Jangan cuma modal forward WA grup aja wkwkwkwk...

2. Ikut Arus Cuma Karena Semua Orang Lakukan

Kalau elo sering mikir, “Ah, semua orang juga ngelakuin ini, pasti bener dong,” STOP right there! Ini namanya argumentum ad populum (anjay sok filsuf wkwkwk) alias ikut-ikutan karena mayoritas. Padahal, kalau semua orang nyebur ke laut, elo mau ikut nyebur juga? wkwkwk... Kebenaran itu soal logika dan bukti, bukan seberapa banyak yang setuju. Trus elo heran kenapa hoax di medsos bisa menyebar lebih cepat dari gosip di arisan? Ya, karena orang suka ikut-ikutan tanpa mikir!

Tips: Sebelum ikut tren atau percaya sesuatu, pastikan elo ngerti kenapa dan bukan sekadar “karena semua orang juga!”

3. Baper Dikit, Langsung Gak Mau Dikritik

Dikritik langsung auto marah? Atau malah merasa jadi korban dunia? Tenang, elo nggak sendirian wkwkwk... Tapi Plato bilang, kritik itu penting buat nemuin kebenaran (dan buat bikin elo nggak ke-GR-an). Kalo elo nggak bisa nerima kritik, berarti elo nggak ngasih ruang buat otak elo berkembang. Kritik itu kayak update software; bikin sistem elo makin smooth, bukan crash!

Tips: Santai aja kalau dikritik, anggap itu kayak notifikasi “Update Available.” Elo pasti bakal jadi versi yang lebih baik!

4. Pikiran Sempit Kayak Jalan Tikus

Pikiran elo cuma lurus satu arah? Nggak mau dengerin pendapat orang lain? Wah, hati-hati nih, gaes! John Stuart Mill pernah bilang, bahkan opini yang benar pun bisa berubah jadi dogma kalau nggak diuji dari sudut pandang lain. Pikiran yang kaku itu kayak jalan tikus—sempit, buntu, dan nggak banyak pilihan. Cobalah jadi lebih fleksibel biar bisa nikmatin perjalanan hidup!

Tips: Dengerin pandangan orang lain, meskipun beda sama elo. Siapa tahu, elo malah dapet wangsit atau insight yang nggak pernah kepikiran sebelumnya!

5. Suka Generalisasi, Seolah Semua Hal Sama

“Duh, dia kayak gitu, pasti temen-temennya juga sama!” STOP! Ini namanya hasty generalization, alias bikin kesimpulan buru-buru cuma dari satu kejadian. Seperti elo ketemu satu orang yang nggak ramah terus elo mikir semua orang di kota itu pasti nggak ramah. Padahal, mungkin aja dia lagi mules pengen buru-buru ke toilet, kan? Nalar yang sehat itu nggak gampang nge-judge.

Tips: Jangan buru-buru ngecap semua hal dari satu kejadian. Ingat, satu apel busuk nggak bikin seluruh kebun jadi jelek!

6. Cuma Lihat dari Luarnya Aja

Kalau elo cuma lihat sesuatu dari permukaannya, siap-siap ketipu, bro! Filsuf Nietzsche selalu nyari motivasi di balik setiap tindakan. Nah, kalau elo cuma lihat orang senyum-senyum sendiri tapi nggak ngerti kalau dia sebenernya lagi nyembunyiin masalah, elo bakal gampang salah sangka (bukan gila ya wkwkwk...). Jadi, jangan cuma fokus sama apa yang kelihatan, cari tahu apa yang beneran terjadi.

Tips: Biasain gali lebih dalam sebelum kamu bikin kesimpulan. Apa yang kelihatan belum tentu apa yang sebenarnya terjadi.

Postingan populer dari blog ini

Kebenaran VS Kebaikan: Apa itu Bijaksana?

  Oke, gaes. Pernah nggak sih kalian mikir, kenapa hidup ini sering banget penuh dengan dilema? Kayak, “Ini bener nggak ya kalau gue lakuin?” atau “Apa gue jahat kalau nggak nolongin dia?” Nah, itulah! Kadang, kita ngecap sesuatu itu benar atau salah berdasarkan logika. Tapi di saat yang sama, kita juga menilai sesuatu itu baik atau jahat berdasarkan hati atau perasaan. Dua komponen ini tuh ibarat otak dan jantung yang selalu debat abadi. Kayak dua sahabat yang nggak pernah setuju tapi nggak bisa hidup tanpa satu sama lain. Ribet? Iya banget. Logika: Si Raja Kalkulator Mari kita bahas soal kebenaran dan kesalahan dulu. Ini wilayah si otak alias logika. Otak kita tuh kayak kalkulator berjalan. Semua diatur pake rumus dan prinsip-prinsip yang jelas. Misalnya, kamu punya tugas kerjaan, deadline-nya besok, tapi kamu baru ngerjain setengah. Logikanya, yang harus kamu lakukan adalah duduk, fokus, dan selesaikan tugas itu sebelum deadline. Simpel banget, kan? Nggak ada tempat buat drama d...

Problem Solving 101 - Ken Watanabe

Beberapa hari ini saya sedang tertarik membaca sebuah buku best seller di Jepang yang lumayan menarik berjudul problem solving 101 penulisnya Ken Watanabe. Ken Watanabe telah berkarir di prusahaan konsultan kelas dunia Mckinsey & Company dan selama 6 tahun. Ia telah menangani beberapa perusahaan besar diseluruh dunia untuk membantu memecahkan tantangan bisnis mereka dengan menggunakan perangkat pemecahan masalah yang tidak berbelit - belit namun ampuh. Ken Watanabe telah mengenyam pendidikan  di Yale dan Harvard Business School dan Ia pun merupakan pendiri dan CEO Delta Studio, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan , hiburan, dan media. Berawal sebagai buku untuk pelajar sekolah menengah, secara mengejutkan, Problem Solving 101 menjadi buku bisnis terlaris tahun 2007 di Jepang dan kemudian menyebar ke komunitas bisnis dan audiens umum yang lebih luas. Ternyata para pembaca dewasa di Jepang, mulai dari orang tua, guru, hingga CEO perusahaan besar, sangat membutuhka...

GENSET EH MINDSET...

Gue gak lagi promosiin genset dagangan orang atau genset gue sendiri yak, gue cuman lagi mau buat kata - kata mutiara biar di kata gue kayak motipator wkwkwkwk. Kata - kata nya begini, Kita hanya bisa menunjukkan tangga sukses kepada seseorang, tetapi hanya ia sendiri yang harus mendaki tangga tersebut. Jangan pernah mencoba mendorong atau menarik orang menaiki tangga sukses yang tidak ingin ia naiki. Ibarat seekor kuda yang sedang haus, kita hanya bisa menuntun kuda itu ke kolam air, tapi kita tidak bisa memaksa kuda itu untuk minum air di kolam tersebut. Lalu, bagaimana kalau ada rekan atau saudara yang punya masalah? apakah kita tidak boleh menolongnya? Kita hanya bisa menolong orang yang bersedia menolong dirinya sendiri. Saat ia belum siap berubah, maka kita tidak bisa membantunya. Beri ia kesempatan untuk menikmati penderitaannya hingga puas. Mungkin ia merasa bahagia dengan penderitaannya.