Langsung ke konten utama

Kelamaan Kerja atau Berpengalaman Kerja?

 

Kita semua pasti pernah dengar kan istilah, "Sudah berapa lama kerja di sini?" atau yang lebih menohok, "Lama kerja, tapi kok... ya gitu-gitu aja?" Yup, dilema antara kelamaan kerja versus berpengalaman kerja ini memang kadang jadi bahan ngobrol yang seru atau bikin kita merenung di tengah perjalanan pulang sambil mikir, "Eh, gue masuk yang mana ya?"

Oke, kita bedah dulu.

1. Kelamaan Kerja: Seberapa Lama Itu Lama?

Kalau bicara soal kelamaan kerja, ini ibarat hubungan yang udah jalan 10 tahun tapi belum juga nikah. Lama iya, maju enggak (jangan ada yang baper yak wkwkwk). Bekerja bertahun-tahun di posisi yang sama bisa bikin elo terasa stuck. Mungkin elo udah hafal semua pola atasan, udah tahu seluk-beluk pantry kantor (mulai dari siapa yang paling sering habisin kopi sampai jadwal bocor dispenser wkwkwk). Tapi, apakah lama bekerja itu otomatis bikin elo tambah pintar dan berpengalaman? Nah, itu dia pertanyaannya.

Kelamaan kerja tanpa disertai perkembangan bisa jadi sinyal bahaya. Ibarat main game, elo stuck di level yang sama terus, musuhnya udah hafal gerak-gerik elo, tapi elo gak dapat XP (experience points) tambahan buat naik level. Ada perasaan nyaman di zona itu, tapi di balik nyaman, kadang ada rasa ketidaksiapan buat coba tantangan baru.

2. Berpengalaman Kerja: Bukan Soal Jumlah Tahun, Tapi Kualitas

Nah, berpengalaman kerja itu beda. Bukan soal elo udah kerja berapa lama, tapi lebih ke berapa banyak yang elo pelajari dan terapkan. Ini kayak main game yang udah nyelesein quest-quest penting, dapet item langka, dan upgrade armor. Berpengalaman kerja itu berarti elo terus mengasah skill, mencoba hal baru, dan gak takut buat keluar dari zona nyaman.

Pernah denger gak, ada orang yang baru kerja 3-4 tahun tapi udah jadi expert di bidangnya? Sementara ada juga yang udah 10 tahun tapi kayak gak bergerak ke mana-mana. Kok bisa? Jawabannya adalah growth genset eh mindset wkwkwk. Orang yang berpengalaman biasanya punya semangat belajar yang gak ada habisnya, mereka tahu kalau dunia kerja itu ibarat lomba lari maraton, bukan sprint dan mereka tahu kapan waktunya ngegas atau santai.

3. Mana yang Lebih Penting?

Dua-duanya penting sih. Lama bekerja kadang bisa jadi modal bagus buat bikin elo ngerti budaya kerja, kebiasaan tim, dan dapet networking yang luas. Tapi, kalau elo gak terus-terusan upgrade diri, lama-lama elo jadi "artefak hidup" di kantor terlihat, tapi gak berevolusi wkwkwk...

Sedangkan pengalaman kerja, meskipun elo baru beberapa tahun terjun, kalau elo punya mentalitas pembelajar yang terus tumbuh, bisa-bisa elo malah lebih siap naik tangga karier dibanding yang cuma ngandelin masa kerja.

4. Trik Biar Gak Cuma "Kelamaan Kerja"

Nah, biar elo gak masuk kategori kelamaan kerja doang, ada beberapa trik yang bisa elo lakuin:

  • Selalu Upgrade Skill: Dunia terus berubah, bos! Jangan sampai lo kalah sama AI atau robot pencari kerja. Ambil kursus online, baca buku baru, atau ikut workshop.
  • Tantang Diri Lo: Kadang rasa nyaman itu musuh terbesar. Coba deh ambil proyek yang sedikit di luar comfort zone, siapa tahu elo jadi berkembang.
  • Jalin Hubungan Baik Dengan Rekan Kerja: Networking itu penting banget. Orang yang berpengalaman gak cuma jago secara teknis, tapi juga punya hubungan baik sama rekan kerjanya.

Penutup

Jadi, kelamaan kerja atau berpengalaman kerja? Ya, dua-duanya bisa sama-sama menguntungkan kalau elo tahu caranya bikin masa kerja jadi berarti. Ingat, dunia kerja itu bukan soal bertahan paling lama, tapi soal seberapa baik elo bisa beradaptasi, belajar, dan tumbuh. Jadi, next time ada yang nanya, "Udah berapa lama kerja di sini?" elo bisa jawab dengan santai, "Lama sih, tapi pengalamannya juga banyak dong!"

Selamat bekerja dan jangan lupa upgrade diri terus ya 😄

Postingan populer dari blog ini

Komentar Gue Tentang Kutipan Jack Ma: “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi.”

Elo pernah denger kutipan dari Jack Ma yang bilang, “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi”? Well, kalau elo baru pertama kali denger, gue yakin elo lagi ketawa sambil mikir, "Kok relatable banget ya?". Jack Ma itu emang orangnya nggak basa-basi, blak-blakan, dan straight to the point . Maksudnya jelas banget, dunia ini seringnya menilai kita bukan dari apa yang kita katakan, tapi dari apa yang kita punya. Pas elo belum sukses, apapun yang keluar dari mulut elo tuh kayak kentut di tempat umum nggak ada yang peduli, malah bisa bikin orang ilfeel. Tapi kalau elo udah jadi orang kaya, terkenal, tiba-tiba semua yang elo katakan jadi inspirasi. Kentut elo pun berubah jadi golden words . Gokil kan wkwkwk? Realita Pahit, Bro! Ya, hidup emang gitu. Dunia itu kejam, bro. Elo bisa punya nasihat paling brilian, elo bisa punya ide yang keren abis, tapi kalau d...

Kebenaran VS Kebaikan: Apa itu Bijaksana?

  Oke, gaes. Pernah nggak sih kalian mikir, kenapa hidup ini sering banget penuh dengan dilema? Kayak, “Ini bener nggak ya kalau gue lakuin?” atau “Apa gue jahat kalau nggak nolongin dia?” Nah, itulah! Kadang, kita ngecap sesuatu itu benar atau salah berdasarkan logika. Tapi di saat yang sama, kita juga menilai sesuatu itu baik atau jahat berdasarkan hati atau perasaan. Dua komponen ini tuh ibarat otak dan jantung yang selalu debat abadi. Kayak dua sahabat yang nggak pernah setuju tapi nggak bisa hidup tanpa satu sama lain. Ribet? Iya banget. Logika: Si Raja Kalkulator Mari kita bahas soal kebenaran dan kesalahan dulu. Ini wilayah si otak alias logika. Otak kita tuh kayak kalkulator berjalan. Semua diatur pake rumus dan prinsip-prinsip yang jelas. Misalnya, kamu punya tugas kerjaan, deadline-nya besok, tapi kamu baru ngerjain setengah. Logikanya, yang harus kamu lakukan adalah duduk, fokus, dan selesaikan tugas itu sebelum deadline. Simpel banget, kan? Nggak ada tempat buat drama d...

Tanda Kalau Nalar Masih Lemah dan Cara Upgrade-nya...

Kali ini gue mau bikin konten yang rada berat dan serius dikit ah biar dikira filsuf wkwkwkwk... Nalar yang tajam itu kayak senjata super di zaman serba cepat ini. Kalau nggak punya, siap-siap aja jadi korban hoax atau percaya sama teori-teori aneh di internet. Nih, tanda-tanda kalau nalar elo mungkin butuh di-upgrade (sambil ngasih tips biar nggak gampang kena jebakan betmen). 1.  Nerima Semua Info Tanpa Tanya Dulu Pernah gak elo kalau scroll suka baca status-status aneh kayak, “ketik amiin masuk surga... Klik share ibu masuk surga...” dan elo langsung percaya? Hmm, kalau iya, fix nih nalar elo bermasalah gaes wkwkwkwk... Orang yang nalar sehat pasti mikir. Skeptis itu bagus, gaes! Seperti kata Socrates, “Orang yang bijak itu yang tahu kalau dia nggak tahu apa-apa.” Jadi, jangan jadi manusia autopilot yang nerima info tanpa bertanya dulu! Tips: Sebelum percaya info, tanyain, "Bener gak sih?" dan kalau perlu, cari faktanya dulu. Jangan cuma modal forward WA grup aja wkwkwkwk....